Kamis, 06 Oktober 2011

Tubektomi

Pengetian Tubektomi

Tubektomi/Sterilisasi adalah metode kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin atau tidak boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan) dengan cara mengikat saluran telur/tuba falopi. Pada jaman dahulu sterilisasi dilakukan dengan mengangkat rahim, tapi sekarang tidak lagi. apalagi dengan bertambah canggihnya teghnologi kesehatan maka sterilisasi cukup dengan mengikat saluran tuba/tubektomi.

Tuba falopi dan proses pembuahan

Tuba falopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm yang menghubungkan ovarium dengan uterus. Pada saat ovulasi, sel telur dikeluarkan dari ovarium dan bergerak menuju uterus. Bila ada sperma di tuba falopi, ovum akan terbuahi dan menjadi embrio yang kemudian melekat di uterus.


Metode dalam Sterilisasi
  • Kedua saluran tuba falopi yang menghubungkan ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter).
  • Mengikat atau menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip), tanpa melakukan pemotongan tuba falopi. hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat terjangkau sperma.

Pembedahan pada proses ini biasanya dilakukan dengan pembiusan umum atau lokal (spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.
Sterilisasi dapat dilakukan kapan saja, termasuk setelah persalinan atau bersamaan dengan prosedur pembedahan perut yang lain, seperti operasi Caesar.



Komplikasi yang bisa terjadi pada proses sterilisasi

Resiko terjadinya komplikasi dapat meningkat jika si pasien sebelumnya pernah menderita pelvic imflammatory disease (PID), diabetes melitus, obesitas. komplikasi yang mungkin muncul :
  • Perdarahan
  • Perlengketan/adhesi organ intraabdomen
  • salphingitis atau radang saluran tuba
  • Cedera organ perut yang bisa diakibatkan karena Ahli bedah tanpa sengaja merusak ligamen peritoneal selama operasi. Jika ligamen peritoneal rusak, produksi hormon pada ovarium menurun dan menopause bisa dimulai dini.


Keinginan hamil setelah Tubektomi dan kegagalan sterilisasi.

Seiring berkembangnya teghnologi kesehatan, angka keberhasilan kehamilan 75% bisa terjadi lagi setelah keadaan dikembalikan seperti semula. namun resiko terjadinya kehamilan diluar kandungan juga meningkat.
Kegagalan proses sterilisasi bisa terjadi jika terjadi kehamilan sebelum proses sterilisasi dilakukan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar