Rabu, 26 Oktober 2011

MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS


Mobilisasi Dini
Pengertian
Mobilisasi Dini Adalah kebijakan untuk selekas mungkin, membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan mulai 2 jam post partum sampai 8 jam post partum (Danuatmaja, 2003 : 4).
Mobilisasi dini atau aktivitas segera yang dilakukan segera setelah beristirahat beberapa jam dengan beranjak dari tempat tidur ibu (pada persalinan normal) (Manuaba, 1999 : 150).
Manfaat dan Keuntungan
1)    Menurut FK UNPAD (1983 : 321), manfaat dan keuntungan mobilisasi dini adalah :
a)      Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat dengan early ambulation.
b)      Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
c)       Early ambulation memungkinkan kita mengajar ibu memelihara anaknya : memandikan, mengganti pakaian, memberi makanan, dan lain-lain selama ibu masih di RS.
d)      Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis).
2)    Menurut Manuaba (1998 : 193), perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan “mobilisasi dini” (early mobilization) :
1)        Melancarkan pengeluaran lokea, mengurangi infeksi puerperium.
2)        Mempercepat involusi alat kandungan.
3)        Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan.
4)        Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
Meskipun mobilisasi dini banyak membawa keuntungan, tetapi tidak dinasihatkan bagi penderita yang telah mengalami partus lama, penderita dengan suhu badan tinggi, toxemea, atau bagi penderita yang tidak menginginkannya (Ibrahim, 1996 : 81).
Pelaksanaan dan Metode Mobilisasi Dini
1)      Pelaksanaan mobilisasi dini
a)      Setelah persalinan yang normal, jika gerakannya tidak terhalang oleh pemasangan infus atau kateter atau TTV (Tanda-tanda vital) nya juga memuaskan, biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke WC 1 atau 2 jam setelah melahirkan secara normal (Farrer, 2001: 239).
b)      Anjurkan ambulasi sejak awal. Ibu mungkin akan merasa berkunang-kunang pada awalnya, karena kehilangan darah, kelelahan, atau karena pemberian obat-obatan, jadi bantu ibu selama beberapa saat (Ladewig, dkk, 2006 : 237).
c)       Setelah periode istirahat vital pertama berakhir, ibu didorong untuk sering berjalan-jalan (Bobak, dkk, 2005: 531).
d)      Early Mobilization dilakukan beberapa jam setelah melahirkan (Manuaba, 2001 : 285).
e)      Ibu didorong untuk melakukan aktivitas secara bertahap memberikan jarak antara aktivitas mereka, dan untuk istirahat sebelum mereka menjadi keletihan (Hamilton, 1995 : 297).
f)       Wanita yang baru saja melahirkan tidak lagi harus berada di tempat tidur. Misalnya, ia boleh mulai berjalan-jalan sesegera mungkin kalau ia mau, ke toilet kalau ia perlu dan beristirahat kalau ia letih (Llewellyn & Hipokrates, 2002 : 83).
2)      Metode mobilisasi dini
Menurut Potter dan Perry (2006 : 251), mobilisasi dini berfokus pada rentang gerak-gaya berjalan latihan, dan toleransi aktivitas yaitu :
a)      Rentang gerak
Merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan transversal.
Latihan rentang gerak yang meliputi bagian tubuh dan tipe gerakan:
1)      Leher menggerakkan dagu menempel ke dada, mengembalikan kepala ke posisi tegak, menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, memiringkan kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu, memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler.
2)      Bahu menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di atas kepala, mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, menggerakkan lengan ke belakang tubuh dan siku tetap lurus, menaikkan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala, menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin, dengan siku fleksi lakukan putaran bahu dengan menggerakkan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang dan gerakkan lengan sampai ibu jari ke atas dan ke samping kepala, menggerakkan lengan dengan lingkaran penuh.
3)      Siku menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu, meluruskan siku dengan menurunkan tangan.
4)      Lengan bawah : memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas, memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah.
5)      Pergelangan tangan : menggerakkan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah, menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari berada dalam arah yang sama, membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin, menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari dan ke arah lima jari.
6)      Jari-jari tangan : membuat genggaman, meluruskan jari-jari tangan, menggerakkan jari tangan ke belakang sejauh mungkin, merenggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain, merapatkan kembali jari-jari tangan.
7)      Ibu jari menggerakkan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan, menggerakkan ibu jari lurus menjauh dari tangan, menjauhkan ibu jari ke samping, menggerakkan ibu jari ke depan tangan, menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama.
8)      Pinggul menggerakkan tungkai ke depan dan atas dan kembali ke samping tungkai yang lain, menggerakkan tungkai ke belakang tubuh, menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh, menggerakkan tungkai kembali ke posisi medial dan melebihi jika mungkin, memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain dan menjauhi tungkai lain, menggerakkan tungkai melingkar.
9)      Lutut menggerakkan tumit ke arah belakang paha mengembalikan tungkai ke lantai.
10) Mata kaki : menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas dan ke bawah.
11) Kaki memutar telapak kaki ke samping dalam dan luar.
12)   Jari-jari kaki : melengkungkan jari-jari kaki ke bawah, meluruskan jari-jari kaki, merenggangkan jari-jari kaki satu dengan yang lain.
b)      Gaya berjalan
Digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya ketika berjalan. Siklus gaya berjalan dimulai dengan tumit mengangkat satu tungkai dan berlanjut dengan tumit mengangkat tungkai yang sama.
c)       Latihan dan Toleransi Aktivitas
Latihan adalah aktivitas fisik untuk membuat kondisi tubuh, meningkatkan kesehatan, dan mempertahankan kesehatan jasmani.
Toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat dilakukan seseorang.
d)    Kesejajaran tubuh
Dapat dilakukan dengan berdiri, duduk, atau berbaring antara lain :
(1)    Berdiri
(a)    Kepala tegak.
(b)   Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar.
(c)    Ketika dilihat dari arah posterior, tulang belakang lurus.
(d)   Ketika dilihat dari arah lateral, kepala tegak dan garis tulang belakang di garis dalam pola S terbalik.
(e)   Ketika dilihat dari arah lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan nyaman dart lutut dengan pergelangan kaki agak melengkung.
(f)     Lengan nyaman di samping.
(g)    Kaki ditempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang, dan jari-jari kaki menghadap ke depan.
(h)   Ketika dilihat dari arah anterior pusat gravitasi berada di tengah tubuh dan garis gravitasi mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah antara kedua kaki. 
(2)    Duduk
(a)    Kepala tegak, leher dan tulang belakang berada dalam kesejajaran yang lurus.
(b)   Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha.
(c)    Paha sejajar dan berada pada potongan horizontal.
(d)   Kedua kaki ditopang di lantai.
(e)   Jarak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada permukaan lutut bagian posterior.
(f)     Lengan bawah ditopang pada pegangan tangan, di pangkuan, atau di atas meja depan kursi.
(3)    Berbaring
Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi normal terhadap tekanan. Ketika berbaring membutuhkan posisi lateral dengan menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya diangkat dari tempat tidur. Tubuh harus ditopang oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus berada dalam kesejajaran lurus tanpa ada lingkungan yang terlihat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar