Rabu, 26 Oktober 2011

Pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini




Pemberian makanan pendamping ASI
Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi selain makanan pendamping ASI, ASI-pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan, peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI  melainkan hanya untuk melengkapi ASI jadi dalam hal ini makanan pendamping ASI berbeda dengan makanan sapihan diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi  ASI. ( Krisnatuti, dan Yenrina. 2003 ). 
Satu yang paling baru adalah dari WHO yakni Global Strategy on Infant Young Chil Feeding yang secara khusus menyebutkan kebijakan pemeberian ASI bagi bayi sampai usia enam bulan dan mulai pemberian makanan pendanping ASI yang memadai pada usia enam bulan dan pemberian ASI yang diteruskan hingga anak berusia dua tahun lebih (http://www.health.com,20 Agustus 2004 )
Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan bagi bayi makanan ini harus menjadi pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini menunjukkan bahwa makanan pendamping ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat-zat gizi yang terkandung di dalam ASI. Dengan demikian, cukup jelas bahwa peranan makanan tambahan bukan sebagai pengganti ASI tetapi melengkapi atau mendampingi ASI ( Husaini dan Anwar, 1984 ).
Harus diperhatikan bahwa apabila makanan pendamping ASI sudah diberikan kepada bayi sejak dini ( dibawah usia 4 bulan) maka asupan gizi yang dibutuhkan oleh bayi tidak sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu sistem pencernaan bayi akan mengalami gangguan seperti sakit perut, sembelit ( susah buang air besar ), Alergi ( Brinch. 1986 ). Pemberian makanan pendamping ASI yang tepat adalah setelah bayi berumur 6 bulan.
v  Memberikan makanan tambahan terlalu cepat berbahaya karena :
  1. Seseorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat makanan diberikan, anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibupun memproduksinya lebih sedikit, sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
  2. Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit sehingga resiko infeksi meningkat.
  3. Resiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI.
  4. Makanan yang diberikan sebagai pengganti sering encer, buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan oleh bayi. Makanan ini memang membuat lambung penuh, tetapi memberi nutrien lebih sedikit dari pada ASI, sehingga kebutuhan anak tidak terpenuhi.
  5. Ibu mempunyai resiko lebih tinggi untuk hamil kembali jika jarang menyusui ( WHO, 2000).
  6. Manfaat Makanan pemdamping ASI
               ASI hanya mampu memcukupi kebutuhan bayi sampai usia 4- 6 bulan. Setelah itu produksi ASI semakin berkurang. Sedangkan kebutuhan gizi bayi semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan berat badan.
Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus-menerus. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan anak ( Krisnatuti dan Yenrina. 2003 ).
Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian makanan tambahan sangat membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik. Dalam hal ini para orang tua dianjurkan untuk memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis bayi serta aneka ragam makanan dari daerah setempat. Pemberian makanan dari daerah setempat sejak dini akan memungkinkan anak bersangkutan menyukai makanan tersebut sampai anak beranjak dewasa. (Husaini dan Anwar, 1984 ).
Æ  Syarat makanan pendamping ASI.
Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik yaitu rupa dan aroma yang layak. Selain itu, dilihat dari segi kepraktisan, makanan bayi sebaiknya mudah disiapkan dengan waktu pengelohan yang singkat. Makanan pendamping ASI harus memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi seperti protein, energi,lemak, vitamin, mineral dan zat-zat tambahan lainnya ( Krisnatuti dan Yenrina, 2003 ).
Menurut Muchtadi ( 1994 ) hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi berikut:
  1. Makanan bayi ( termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi diperlukan bayi.
  2. Makanan tambahan harus diberikan kepada bayi yang telah berumur 4-6 bulan sebanyak 4 – 6 kali / hari.
  3. Sebelum berumur dua tahun bayi belum dapat mengkonsumsi makana orang dewasa.
  4. Makanan campuran ganda ( multi mix ) yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi, baik ditinjau dari nilai gizinya maupun sifat fisik makanan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, makanan tambahan bayi sebaiknya memiliki beberapa kriteria berikut :
  1. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi.
  2. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral yang cocok.
  3. Dapat diterima oleh alat pencernaan yang baik.
  4. Harga relatif murah.
  5. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal.
  6. Bersifat pada gizi.
  7. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah yang sedikit kandungan serat kasar yang terlalu banyak justru akan mengganggu pencernaan bayi ( Krisnatuti dan Yenrina, 2003 ).
Æ JENIS MAKANAN PENDAMPING ASI DAN WAKTU PEMBERIANNYA.
Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya yang disesuaikan denga kemampuan pencernaan bayi atau anak.Tahapan tersebut adalah:

        Makanan bayi berumur 0-4 bulan
  1. Hanya ASI saja ( ASI ekslusif ).
  2. Hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama setelah melahirkan.
  3. Dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
  4. Berikan kolustrum, karena mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang dibuthkan bayi.
  5. Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi.
       Makanan bayi berumur 4-6 bulan.
  1. Pemberian ASI tetap diteruskan sesuai keinginan anak.
  2. Bentuk makanan lumat, halus, aktivitas bayi sudah memiliki reflek mengunyah.
  3. Contoh makanan lumat antara lain pisang yang dilumatkan, pepaya yang dilumatkan, biskuit yang ditambah air susu, bubur susu.
  4. Diberikan 2 kali sehari, setiap kali pemberian 2 sendok makan sedikit demi sedikit.
  5. Diberikan sambil mengajak bicara kepada bayi untuk menimbulkan sentuhan kasih sayang.
  6. Jangan sekali-kali MP-ASI diberikan dengan dot sambil tiduran karena dapat menyebabkan infeksi telinga.
        Makanan bayi umur 6-9 bulan.
Pemberian ASI tetap diteruskan.
  1. Bentuk makanan lumat karena alat cerna bayi sudah lebih berfungsi, contoh : nasi tim, bubur susu.
  2. Berikan 2 kali sehari setelah diberikan ASI.
  3. Porsi tiap pemberian sebagai berikut :
    1. Pada umur 6 bulan :6 sendok makan
    2. Pada umur 7 bulan : 7 sendok makan
    3. Pada umur 8 bulan : 8sendok makan
    4. Pada umur 9 bulan :9 sendok makan
    5. Untuk menambah nilai gizi, nasi tim dapat ditambah sumber zat lemak sedikit demi sedikit, seperti : santan, margarene, minyak kelapa.
    6. Bila bayi masih lapar, ibu dapat menambahnya.
        Makanan bayi umur 9-12 bulan
  1. Pemberian ASI tetap diberikan.
  2. Pada umur ini  bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap dengan takaran yang cukup.
  3. Bentuk makanan lunak
  4. Berikan makanan selingan satu kali sehari.
  5. Makanan selingan usahakan bernilai tinggi seperti, bubur, kacang hijau, bubur sumsum.
  6. Biasakan mecampurkan berbagai lauk pauk dan sayuran ke dalam makanan lunak secara berganti-ganti.
  7. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak dini berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan.
       Makanan bayi umur 12-24 bulan.
  1. Frekuensi pemebrian ASI dikurangi sedikit demi sedikit.
  2. Susunana makanan terdiri dari makanan pokok lauk-pauk sayuran dan buah.
  3. Besar porsi adalah separuh dari makanan orang dewasa.
  4. Gunakan angka ragam bahan makanan setiap harinya.
  5. Diberikan sekurang-kurangnya 3 ( tiga ) kali sehari.
  6. Berikan makanan selingan dua kali sehari.
  7. Anak dilatih untuk makan dengan tangannya sendiri.
  8. Biasakan anak mencuci tanganya sebelum dan sesudah makan.
  9. Biasakan anak makan bersama-sama keluarga ( Departemen Kesehatan RI, 2002 ).
  10. Pengaruh sikap ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 0-6 bulan.
Para ahli kesehatan masyarakat telah sepakat bahwa status kesehatan baik individu maupun masyarakat dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Perilaku merupakan pengaruh yang besar kedua setelah lingkungan kemudian menyusul pelayanan kesehatan yang menduduki tempat ketiga dan akhirnya faktor keturunan ( Notoatmodjo dan Sarwono, 1985 ).
Pengetahuan dan perilaku ibu memiliki bayi dibawah dua tahun tentang pemberian makanan pendamping ASI ( MP-ASI) memegang peranan penting untuk mencegah pemberian MP-ASI yang tidak tepat ( http://www.tempointeraktif.com, 2004 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar