Kamis, 13 Oktober 2011

PENYAPIHAN DINI PADA BALITA

Penyapihan dini adalah suatu keadaan dimana bayi sudah tidak mendapat ASI sebagai sumber makanan pada umur kurang dari 4 bulan yang diganti  dengan pemberian makanan tambahan selain ASI. (Herman, 1999)
Penyapihan merupakan dilakukannya pengurangan secara berangsur-angsur pemberian ASI, sedangkan makanan tambahan secara bertingkat ditambah sehingga akhirnya ASI dihentikan dan bayi mendapat makanan dewasa pada umur 2 tahun. (Sediaoetama, 2002)
Penyapihan adalah suatu perubahan progresif pemberian makanan pada bayi dari yang semula mendapat ASI sebagai satu-satunya sumber makanan menuju kepada suatau jenis makanan sehari-hari keluarga. (Widjaya, 2002)    
Penyapihan adalah perpindahan yang progresif dari bayi yang semula mendapat ASI yang mendapat makanan seperti anggota keluarga lainnya (makanan dewasa). Penyapihan juga bisa disebut dengan proses pematangan. Anak yang puas dalam kehidupannya, saat disapih akan siap menghadapi tahap kehidupan selanjutnya. (Nasution , Thamrin,1998)
Departeman Kesehatan Republik Indonesia (1995) menyatakan bahwa penyapihan adalah pengurangan frekuensi pemberian ASI secara bertahap yaitu 3-4 kali sehari menjadi 2 kali sehari selanjutnya 1 kali sehari. Di mana menyapih harus bertahap karena anak perlu waktu untuk peralihan rasa makanan (manis dan gurih) dan bentuk makanan cair ke padat.
Lebih lanjut menurut Departemen kesehatan Republik Indonesia dan World Health Organization atau WHO (2001) , penyapihan adalah dimulainya pemberian makanan tambahan disamping ASI pada kelompok umur 4 sampai 6 bulan. Di mana bayi mulai dikenalkan sedikit demi sedikit dengan berbagai jenis makanan padat yang mulai dilumatkan.    

2.1.2  Mulai pemberian makanan pada bayi                                          
Penyapihan seharusnya tidak berarti negatif sebab manusia akan selalu mengalami penyapihan dalam hidupnya. Disapih dari kandungan, disapih dari ASI, disapih dari susu botol, disapih dari tempat tidur orang tuanya, disapih dari rumah untuk sekolah dan seterusnya, Sangat tidak disarankan untuk menyapih anak terlalu dini, dan saat menyapih anak tiba bukan berarti ikatan antara anak dan ibunya juga lepas. (Nita, 1998).
Di lain pihak, pada usia anak sekitar 6 bulan, bayi membutuhkan beberapa makanan yang lengkap dan secara fungsional bayi telah berkembang lengkap untuk mengatasinya. Usia antara 4 sampai 6 bulan terlihat sebagai masa yang tepat bagi bayi untuk mulai beradaptasi dengan makanan dari berbagai jenis tekstur dan cara makan.
Pada bulan ke-6, hampir semua bayi siap untuk makanan padat. Tanda kesiapan adalah kemampuan bayi untuk menolehkan kepalanya atau mendorong tangan ibu menjauh ketika bayi tidak mau makan lagi. Pada umur 6 bulan, sistem pencernaan sudah cukup matang untuk menangani kebanyakan makanan. Meskipun susu ibu atau susu formula akan tetap menjadi makanan diet bayi sampai berbulan-bulan kemudian.

Ibu yang bekerja misalnya, cenderung menyapih lebih cepat. Ibu yang di rumah cenderung lebih lama menyapihnya. Menurut Nita Ratna, pada usia tertentu lebih ideal untuk menyapih bayi, tidak peduli pada ibu bekerja atau tidak, yakni usia 1 tahun.
Sayangnya hal ini yang kerap diabaikan. Banyak ibu yang melakukan penyapian lebih dini atau lebih lambat karena alasan–alasan tertentu. Seperti, keterbatasan waktu karena ibu sibuk bekerja, atau karena produksi ASI tidak lancar, atau karena tidak mau disapih.
Nita Ratna (1998) merekomendasikan penyetopan pemberian ASI pada usia 1 tahun, yang asumsinya yaitu:
1. Produksi ASI telah menurun seiring penggunaannya yang mulai tidak optimal. Di atas usia 6 bulan bayi sudah mendapat manfaat optimum dari menyusui. Pada akhir tahun pertama, komposisi air susu serta kebutuhan anak pun berubah. ASI tidak lagi menjadi kebutuhan gizi anak, bukan lagi makanan utama bayi, makanan utamanya sekarang adalah makanan padat.
2. Dari segi emosi. Pada usia bayi 1 tahun, bayi belum mencapai tahap yang menyulitkan sebagai anak usia 2 tahun, sehingga lebih mudah disapih. Dan juga ingatan usia 1 tahun lebih panjang, sehingga kecil kemungkinan kenangan akan menyusui yang menyenangkan akan melekat, hal ini membuat proses penyapian takkan menyakitkan buat bayi.
3. Anak usia 1 tahun harus sudah diajak mandiri guna membentuk individu sendiri dalam tahap perkembangannya, karena itu, bayi dewasa harus dilatih minum dengan gelas atau botol, jika tergantung pada payudara, maka proses menjadi mandirinya akan terlambat. 
  •   Faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan (Soetjiningsih,1995)
1.      Perubahan sosial budaya
a.       Ibu-ibu bekerja atau kesibukan lainnya
b.      Meniru teman, tetangga, atau orang terkemuka yang memberikan susu botol
2.      Faktor psikologi
a.       Takut kehilangan daya tarik sebagai wanita
b.      Tekanan batin
3.      Faktor fisik ibu
      Ibu sakit, misal : mastitis, panas dan sebagainya
4.      Faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan
5.      Meningkatkan promosi susu  kaleng sebagai pengganti ASI
6.      Penerangan yang salah dari petugas kesehatan yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng.
7.      Gangguan penyusuan
Suatu hubungan sebab akibat antara pengenalan atau pemberian makanan tambahan yang dini dan penghentian penyusuan, jika makanan diberikan sebelum bayi menyusu, maka ASI akan sulit dihentikan karena bayi sudah kenyang.  
  8.Beban ginjal yang berlebihan
Makanan padat, baik dibuat sendiri ataupun buatan pabrik, cenderung mengandung NaCl tinggi yang akan menambah beban bagi ginjal. Beban tersebut masih ditambah oleh makanan yang mengandung daging (Hiperosmolitas). Penyebab haus dan oleh karena itu menyebabkan penerimaan susu dan energi yang berlebihan.
9.  Alergi terhadap makanan
Belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada umur yang dini dapat menyebabkan banyak terjadinya alergi terhadap makanan pada masa kecil. Alergi pada susu sapi dapat terjadi sebanyak 7, 5% dan telah diingatkan bahwa alergi terhadap makanan lain seperti jeruk, tomat, ikan, telur, serelia, bahkan mungkin sering terjadi.
10.Gangguan pengaturan selera makan
Makanan padat dianggap sebagai penyebab kegemukan pada bayi. Dalam Hendrawan (2000) disebutkan bahwa selera makan atau minum bayi menurun mungkin karena ASI nya sedikit dan ibu tidak menyadarinya atau susu kalengnya tidak disukai sehingga minumnya habis.
11.Tingginya solute load hingga dapat menimbulkan hyperosmolality
Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat warna atau pengawet yang tidak diinginkan.
Seimbang dengan kebutuhan gizi merupakan sebab utama terjadinya gizi buruk pada usia muda.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan beberapa negara termasuk Indonesia terlihat adanya kecenderungan para ibu untuk menyapih bayinya lebih awal, yaitu pada usia kurang dari 12 bulan. Kebiasaan ini mulanya hanya terbatas pada kelompok ibu yang berpenghasilan cukup terutama di kota, akan tetapi kebiasaan menyapih lebih awal menyebar juga ke desa-desa. Jellife mengatakan bahwa penghentian pemberian ASI yang diberikan melalui botol merupakan yang menyebabkan kematian bayi saat ini.
  Keuntungan dan kerugian dilakukan penyapihan dini
1.  Keuntungan dilakukan  penyapihan dini
Pada interaksi ibu dan anak. Kadang ibu mendapatkan kenikmatan dari menyusi, misalnya : menyanyi, bercerita  bahkan ke taman. Dengan menyapih,  ibu akan mempunyai aktivitas lain untuk menstimulasi  anak. Kemungkinan resiko saling tergantung, lebih lambat menyapihnya akan menciptakan ketergantungan ibu dan anak serta sebaliknya,  tetapi yang perlu dipikirkan terlalu lama menyapih akan membuat anak sulit melepaskan diri yang menghambat kemajuan perkembangannya. Dengan begitu akan mengesampingkan ayah sehingga  sulit membina relasi anak dan ayah.

2.  Kerugian dilakukan penyapihan
Bayi akan kehilangan makanan terbaiknya, yakni ASI yang tidak dapat disamai oleh PASI ( pengganti ASI), meningkatkan resiko gejala pernapasan pada bayi, meningkatkan resiko obesitas atau kegemukan pada bayi

 Masa mulai menyapih
Pada usia 2 tahun bayi mulai disapih. Agar tidak menyakiti bayi, seminggu sebelum disapih sebaiknya bayi menyusui satu kali saja, misalnya hanya waktu malam hari menetek, sedang paginya hanya diberi susu sapi satu gelas.
Untuk mengetahui bayi cukup makan atau tidak, sebaiknya bayi ditimbang dalam waktu tertentu. Bila kenaikan berat badan bayi sesuai dengan bertambahnya umur, berarti makanan bayi sudah cukup. Setelah itu bayi disapih makananya yang terdiri dari makanan balita.

Pada setiap bayi sehat dalam seminggu pertama selalu terdapat susut berat badan bayi, tetapi susutnya tidak boleh melebihi 10% dari berat waktu lahir. Akhir minggu kedua biasanya berta badan bayi telah sama dengan berat badan waktu lahir.
Kenaikan berat badan bayi:
Umur 1-3 bulan   :    Tiap 4 mingggu bertambah 700 gram atau kira-kira 175-200 gram seminggu.
Umur 3-6 bulan   :    Tiap 4 minggu bertambah 450 gram atau kira-kira 125 gram seminggu.
Umur 6-12 bulan   : Tiap 4 minggu bertambah 350 gram (Eisenberg, Arlene,1997)
 Hubungan kasih sayang antara ibu dan bayinya mulai sejak dalam kandungan yang kemudian berlanjut setelah bayi lahir melalui penyusuan. Salah satu manfaat menyusui adalah menciptakan bonding (ikatan batin) antara ibu dan anak. Banyak ibu-ibu yang salah pemahaman yaitu bahwa berhenti menyusu berarti memutuskan hubungan tali kasih sayang antara bayi dan ibu, karena kontak fisik antar ibu dan anak semakin melemah.
Menurut Karmila, ”pemutusan” kontak batin lewat menyusui bisa dilakukan bayi berumur 6 bulan saat bayi mendapatkan makanan padatnya. Hal itu tidak akan merenggangkan bonding ibu dan anak, mengingat banyak faktor yang dapat meningkatkan bonding. Misalkan interaksi lewat bermain, memberikan makanan atau susu botolnya.
Karmila (2000) juga menegaskan, kontak langsung kulit juga bukan faktor penentu bonding berkualitas. Walaupun bayi dipangku, didekapkan ke dada, tapi pikiran dan hati ibu kemana-mana, maka bonding tidak akan terjadi. Ritual seperti mengganti celana, bermain, memandikan juga dapat menciptakan bonding yang berkualitas.

Setelah bayi disapih
Bayi akan beralih dari makanan berupa ASI yang hampir-hampir bebas dari setiap kemungkinan kontaminasi ke makanan biasa, perlindungan tubuh terhadap infeksi yang didapat dari sifat anti infeksi dari ASI akan hilang. Makanan yang disiapkan sebagai makanan sapihan adalah makanan yang sangat terbuka akan berbagai kemungkinan kontaminasi, baik waktu membuatnya, maupun waktu menyimpannya ini berarti penyapihan akan diikuti oleh meningkatnya kemungkinan terjadi infeksi terutama infeksi saluran pencernaan.
Membuat makan menjadi sarana merupakan salah satu cara memutuskan rangkaian masalah makan pada anak. Selain membuat lingkungan yang menyenangkan. Sambil menyuapi, ibu bisa bercerita tentang bahan atau lauk pauk yang sedang dimakan anak. Bayam dan pepaya, atau wortel yang bisa menjernihkan mata. (Shihab, 2003 )

2.2  Konsep Dasar Balita
2.2.1  Pertumbuhan Balita
1.  Pertumbuhan
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diuk               ur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram) . Ukuran panjang (centimeter, meter) umur tulang dan keseimbangan metabolik (referensi kalsium dan nitrogen tubuh). (Soetjiningsih,1995).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995)  pertumbuhan adalah perubahan ukuran tubuh manusia sejak pembuahan dalam kandungan sampai  akhir masa remaja, untuk melihat pertumbuhan dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan atau pengukuran panjang atau tinggi badan. Bayi yang sehat, dengan bertambah umurnya akan bertambah pula berat badanya, panjang atau tinggi badanya.
2.  Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Pertumbuhan
Faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan bayi, antara lain dipengaruhi oleh sifat bawaan (keturunan), pola atau menu makanan yang bergizi serta keadaan kesehatan jasmani, rohani, dan kondisi lingkungan sosialnya. Begitu pula dengan panjang badan bayi dalam keadaan normal, yaitu dari 34-55 cm, pada umur 12 bulan (1 tahun) menjadi kurang lebih 68-81 cm. Sedangkan berat badannya dari 2500-4000 gram, pada umur 12 bulan (1 tahun) bertambah menjadi 10-12 kilogram.
Pertumbuhan bayi dapat dilihat dengan pengukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) secara berkala dan teratur setiap 1 bulan. Berat badan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dilakukan setiap bulan di Posyandu. Salah satu faktor terpenting dalam pertumbuhan bayi adalah Air Susu Ibu dan pola makanan pendamping ASI.

  Perkembangan Balita.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih,1995).
Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
 Lebih lanjut menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995), perkembangan adalah meningkatkan kemampuan manusia dari segi fungsi gerakan otot, kecerdasan, perasaan dan kemampuan bergaul sejak dari janin dalam kandungan sampai ia mati. Perkembangan bayi adalah meningkatnya kemampuan bergaul sejak dari lahir sampai usia 12 bulan.
Terdapat 4 bidang kemampuan bayi yang perlu dipantau tingkat perkembangan yang meliputi:
1.    Perkembangan gerak kasar, yaitu kemampuan gerakan yang melibatkan sebagaian besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar, misalnya: tengkurap, duduk, dan sebagainya.
2.    Perkembangan gerak halus, yaitu kemampuan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Kemampuan gerakan halus memerlukan kecermatan anak, misalnya: mengedipkan mata, memberikan reaksi kearah sumber cahaya, dan sebagainya.
3.    Perkembangan bicara, bahasa dan kecerdasan, yaitu kemampuan mengungkapkan perasaan, keinginan dan pendapat melalui pengucapan kata-kata, kemampuan mengerti dan memahami perkataan orang lain serta kemampuan berfikir, misalnya: mengoceh, menangis dan sebagainya.
4.    Perkembangan bergaul dan kemandirian, yaitu kemampuan dalam pergaulan, berkawan, disiplin, mengenal sopan santun dan kemampuan yang mandiri, misalnya : membalas senyuman, berani dan takut dengan orang lain dan sebagainya.
Perkembangan bayi dapat dibantu dengan rangsangan. Yang dimaksud dengan rangsangan atau stimulasi yaitu serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk membantu anak mencapai tingkat perkembangan tertentu secara baik. Rangsangan yang diberikan sejak masa bayi membawa manfaat untuk mengarahkan perkembangannya, mencegah terjadinya kelambatan perkembangan anak serta sekaligus mencerdaskannya.
Rangsangan dapat dilakukan oleh setiap orang yang telah mengerti dasar-dasar stimulasi khususnya ibu, ayah, pengasuh dan orang-orang terdekat dengan bayi. Stimulasi dapat dilakukan di segala tempat terutama di rumah dalam lingkungan keluarga. Rangsangan tidak selalu memerlukan waktu khusus, sehingga dapat dikaitkan sekaligus dengan kegiatan lainnya dan dilakukan setiap hari, misalnya : dikaitkan dengan kegiatan ibu ketika mengerjakan pekerjaan rumah tangga atau diberikan sewaktu bepergian, memandikan bayi, menyusukan bayi dan sebagainya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu:
1.  Faktor genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan. Derajat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, suku bangsa.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan ”bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :
1)  Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal) , yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain adalah:
a.  Gizi pada waktu hamil
b. Mekanis, trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan  kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.
c. Toksin atau zat kimia, ibu hamil yang perokok berat atau peminum alkohol kronis, keracunan logam berat dan lian-lain.
d. Endokrin, hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin adalah somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin dan peptida-peptida lain dengan aktifitas mirip insulin.
e. Radiasi sebelum usia kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya.
f. Infeksi, misal : TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus,  Herpes simplex)
g. Stress
h. Imunitas
i. Anoksia embrio, menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat menyebabkan berat badan lahir rendah.
2) Faktor lingkungan post natal mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi:
a. Lingkungan biologis : ras atau suku bangsa,  jenis kelamin, umur, gizi , perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis,  fungsi metabolisme, hormon.
b. Faktor fisik, antara lain : cuaca, musim, keadaan geografis satu daerah, sanitasi, keadaan rumah, radiasi.
c. faktor psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, ganjaran ataupun hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stess, sekolah, cinta dan kasih sayang , kualitas interaksi anak-orang tua
d. Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain: Pekerjaan atau pendapat keluarga, pendidikan ayah atau ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga.

 Hal-hal yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi
Hal-hal yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi adalah dengan cara membesarnya dalam lingkungan keluarga yang sehat. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
1.  Orang tua memiliki pengetahuan sederhana mengenai kesehatan terutama kesehatan ibu dan anak.
2.  Orang tua tidak mempunyai masalah kejiwaan.
3.  Keluarga tidak menelantarkan anak
4.  Perawatan dan pemeliharaan rumah sebagai tempat tinggal yang rapi, bersih, nyaman dan sehat
5.  Keluarga mampu mencari nafkah dan dapat mangatur keuangan keluarga
6.  Orang tua mengikuti program keluarga berencana
7.  Keluarga mempunyai kegiatan sehari-hari yang teratur
8.  Hubungan antara anggota dalam keluarga, antara keluarga dengan tetangga, antara keluarga dengan masyarakat dalam keadaan harmonis, bersahabat, gotong royong, saling menghormati, dan sebagainya

Tingkat Perkembangan Bayi
1.  Kemampuan perkembangan yang harus dicapai bayi usia 0-3 bulan adalah :
1)  Mampu menggerakkan kedua tungkai dan lengan sama mudahnya ketika terlentang. Dilihat dengan cara meletakkan bayi pada posisi terlentang, perhatikan gerakan kedua tungkai dan lengannya.
2)  Memberikan reaksi dengan melihat kearah sumber cahaya. Dilihat dengan cara menyalakan lampu senter yang digerakkan ke kiri dan ke kanan, perhatikan perubahan mimik muka bayi dan gerakan matanya.
3)  Mengeluarkan suara (mengoceh), perhatikan apakah bayi mengeluarkan suara-suara lain (mengoceh) di samping menangis.
4)  Membalas senyuman ketika diajak bicara dan tersenyum.
2. Kemampuan perkembangan yang harus dicapai anak sesaat sebelum berumur 3-6 bulan adalah:
1)  Mengangkat kepala dengan tegak ketika tengkurap. Dilihat dengan cara meletakkan bayi pada posisi tengkurap, perhatikan apakah bayi dapat mengangkat kepalanya sampai tegak.
2)  Menggenggam benda yang disentuhkan pada punggung atau ujung tangannya dengan kuat, misalkan: ujung jari ibu atau pensil, perhatikan apakah digenggam dengan kuat beberapa saat.
3)  Mencari sumber suara yang nyaring, misalnya: dengan cara memukul sendok ke gelas, perhatikan apakah bayi memalingkan kepalanya mencari sumber suara tersebut.
4)  Membalas senyuman ketika diajak berbicara dan tersenyum.
3. Kemampuan perkembangan yang harus dicapai anak sesaat sebelum berumur 6-9 bulan adalah :
1)  Mempertahankan posisi duduk dengan kepala tegak ketika didudukkan, caranya dengan mendudukkan bayi diatas meja, perhatikan apakah bayi dapat mempertahankan kepalanya dengan tegak dalam sikap duduk.
2)  Meraih benda yang terletak dalam jangkauannya, dilakukan dengan cara meletakkan benda yang menarik di dekat bayi pada tempat yang terjangkau olehnya, apakah bayi berusaha meraihnya.
3)  Tertawa atau berteriak bila melihat benda yang menarik atau senang dengan cara menunjukkan atau memperlihatkan apakah bayi tertawa atau berteriak ketika melihat benda atau mainan tersebut.
4)  Mengenal dan dapat membedakan antara orang yang sudah dikenal dengan orang yang belum dikenal, dengan cara minta bantuan tetangga untuk menggendongnya, perhatikan apakah bayi menangis atau kelihatan takut kepada orang yang tidak dikenal.
4. Kemampuan perkembangan yang harus dicapai anak sesaat sebelum berumur 9-12 bulan.
1)  Berdiri dengan berpegangan. Caranya dengan mendudukkan bayi pada permukaan yang datar seperti lantai yang dekat dengan dinding dan diusahakan agar bayi mau berdiri dengan cara memberikan mainan yang menarik. Perhatikan apakah bayi dapat berdiri sendiri dengan berpegangan pada dinding tersebut.
2)  Mengambil benda-benda kecil sebesar biji jagung menjepit dengan 2 jari. Caranya dengan meletakkan benda kecil sebesar biji jagung didekat bayi, perhatikan apakah bayi dapat mengambil benda tersebut dengan cara menjepit dengan 2 jarinya.
3)  Dapat mengatakan 2 suku kata yang sama.
4)  Dapat mengikuti permainan Ci Luk Ba. Caranya dilakukan oleh ibu atau pengasuh bersama-sama dengan anak untuk bermain Ci Luk Ba dan perhatikan apakah bayi dapat mengikuti permainan ini.
5.  Kemampuan perkembangan yang harus dicapai anak sesaat sebelum berumur 12-18 bulan.
1)  Berjalan sendiri tanpa jatuh, misalkan untuk mendapatkan dekapan, ciuman, atau mainan kesukaannya.
2)  Mengambil benda kecil keatas sebesar biji jagung dengan ibu jari dan telunjuknya.
3)  Mengungkapkan keinginan sendiri secara sederhana.
4)  Minum sendiri dari gelas tanpa tumpah.
6. Kemampuan perkembangan yang harus dicapai anak sesaat sebelum berumur 18-24 bulan.
1)  Berjalan mundur sedikitnya 5 langkah, misalnya dengan memberi mainan yang dapat ditarik, kemudian ia diminta menarik mainannya sambil berjalan mundur.
2)  Mencoret-coret dengan alat tulis.
3)  Menyebutkan nama dan menunjuk satu bagian tubuh dengan benar.
2.3 Konsep Dasar Status Gizi
2.3.1 Pengertian Status Gizi
Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan
Status gizi adalah Ekspresi dari kedaaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. (Supariase, 2001)
 Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang disebabkan oleh konsumsi penyerapan dan penggunaan makanan oleh jumlah dan jenis makanan yang di konsumsinya. (Suhardjo,1992)
Status gizi adalah keadaan seseorang yang merupakan gambaran sejauh mana orang tersebut telah memperhatikan nilai gizi dan makanan yang dikonsumsinya. (Pudjiadi, 2000).

 Tingkat kesehatan gizi
Keadaan kesehatan gizi/status gizi tergantung dari tingkat konsumsi, tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bahan makana. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh dan perbandinganya satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukkan kecukupan masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar